Oleh Diki Umbara
Sandekala adalah novel karya Godi Suwarna, seniman asal Tasikmalaya yang lahir 42 tahun yang lalu. Godi merupakan seniman yang sangat produktif telah menghasilkan beragam karya, puisi, cerpen, novel serta naskah drama.
Sandekala belum lama dipentaskan dalam format teater disutradarai oleh Wawan Sofyan di Taman Ismail Marzuki. Pementasan teater yang menghadirkan sebanyak 25 tokoh dan dimainkan oleh berbagai kelompok teater ini berkisah tentang Suroto, Camat Kawali Ciamis yang korup dan memerintah dengan tangan besi. Dengan kekuasaannya itu, dia berbuat sewenang-wenang termasuk merampas hak-hak warga setempat demi kepentingan pribadi. Ia melakukan kolusi dengan para kontraktor untuk pembangunan gedung olahraga dan pasar. Ia juga menyetujui penyelenggaraan pasar malam di alun-alun kota, padahal tempat tersebut dekat sekali dengan masjid agung, sekolah dan rumah sakit. Ia pun menggunakan kekuasaannya sebagai camat untuk meraup keuntungan yang tentu saja masuk ke kantong pribadinya.Kang Godi, sebagai penulis begitu cerdik menulis novel ini, terkadang serius namun beberapa bagian dibuat lucu, guyonan khas Sunda.
Kembali ke media yang digunakan, ini cukup menarik karena ada konvergensi atau tepatnya �konversi� dari satu media ke media lainnya, dari novel (media cetak) ke teater (media ruang), dan dari teater ke televisi (media eketronik). Dan bisa jadi nantinya dari televisi ke media internet (youtube,dsb).
Pementasan teater sendiri dimainkan oleh Mainteater dari Bandung, pementasan sendiri ada dua yakni yang berbahasa Indonesia serta yang berbahasa Sunda. Sayang saya sendiri tidak sempat menyaksikan pementasan yang berbahasa Sunda, padahal dipastikan saya akan mengerti pementasan yang berbahasa Sunda karena sebagai orang Cianjur saya memahami betul bahasa ini.
Bagi penulis sendiri, meliput secara utuh acara teater untuk keperluan acara televisi merupakan pengalaman pertama. Tidak terlalu banyak persiapan untuk peliputan dengan menggunakan multicamera ini. Untungnya saya sempat melihat rehearsal pementasan teater yang dilakukan oleh sutrdara dan para pemain. Pengambilan gambar atau shooting dilakukan dengan tehnik live on tape. Sandekala berdurasi dua setengah jam rencananya akan dibagi menjadi 3 episode dan akan ditayangkan di semua televisi lokal yang tergabung di Afiliasi TV Lokal Indonesia. Saat ini Sandekala sedang memasuki tahap penyuntingan gambar.
Saya tidak tau persis seberapa banyak perubahan adaptasi dari karya novel ini ke dalam media teater. Namun kalau dari teater ke televisi benar-benar tidak ada perubahan kecuali hanya perpindahan media saja serta pembagian episode karena untuk penyesuaian durasi bagi keperluan on air.
Pementasan Sandekala terselenggara oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat seperti ICW, ELSAM, WALHI, Praxis, Forum Diskusi Wartawan Bandung. Acara ini diliput untuk keperluan dokumentasi serta tayangan televisi oleh SBM atau School for Broadcast Media Jakarta. Klik link ini untuk melihat detail pemetasan Sadekala. Jika penasaran, untuk anda di daerah sedikit bersabar karena pementasan sandekala akan segera hadir di televisi lokal dimana anda tinggal.
Sumber: http://dikiumbara.wordpress.com/2008/07/25/sandekala-dari-novel-ke-teater-dari-teater-ke-televisi/
Post A Comment:
0 comments: