SIARAN PRESS
PENTAS TEATER SANDEKALA
www.teater-sandekala.blogspot.com

Diselenggarakan oleh:
ICW � WALHI � Perkumpulan Seni Indonesia � mainteater Bandung

Didukung oleh:
Komunitas Indonesia Menggugat, ELSAM, INFID, Perkumpulan Praxis, Dewan Kesenian Jakarta, Institut Ungu,
GK Rumentang Siang, HUMA, Remdec, Hivos, ICCO, Yayasan TIFA, Voice of Human Rights,
Prakarsa Rakyat, School for Broadcast Media, Jaringan Videomaker Indonesia


BANGKIT MELAWAN KORUPSI, PERUSAKAN LINGKUNGAN
DAN PELANGGARAN HAM DENGAN KEARIFAN LOKAL


100 tahun Kebangkitan Nasional baru usai kita peringati. Ada banyak wacana, banyak unjuk rasa, banyak refleksi, dan berbagai kegiatan. Di tengah gejolak penderitaan rakyat yang dilanda berbagai krisis kehidupan, apakah makna peringatan 100 tahun kebangkitan nasional? Mungkin untuk mengingatkan kita semua betapa masih banyak penderitaan, persoalan, dan tantangan bagi bangsa ini agar bisa benar,benar �bangkit �. Nyatanya, saat ini kebangkitan nasional hanya tinggal slogan kosong yang habis digerogoti para koruptor dan kesewenang,wenangan para penguasa.

Korupsi adalah salah satu perilaku yang menggerogoti semua sendi,sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bak virus ganas yang tak terhalangi oleh antivirus apapun. Korupsi sudah menjadi sebuah �budaya� yang mengakar di tubuh birokrasi sehingga menyatu dalam darah para birokrat di semua lini. Bahkan masyarakat pun secara perlahan telah menerima budaya korupsi sebagai sebuah kewajaran. Ini sungguh berbahaya. Jika masyarakat semakin bisa menerima korupsi sebagai sebuah hal biasa yang wajar,wajar saja, bangsa kita mungkin tak kan pernah bisa �bangkit� dari berbagai keterpurukan yang terus menimpa.

Untuk melawan korupsi sebagai �wabah yang membudaya� diperlukan perlawanan dengan medium yang sama, yakni medium budaya. Korupsi merusak secara sistemik berbagai aspek dan dimensi kehidupan, termasuk perusakan manusia terhadap alam semesta. Hampir bisa dipastikan, korupsilah penyebab terbesar perilaku perusakan alam seperti penggundulan hutan, pengeksplotasian yang tak bertanggungjawab terhadap semua kekayaan di perut bumi, dan pencemaran lingkungan sampai ke lapisan ozon. Tak bisa ditawar lagi, kita perlu sebuah gerakan kebudayaan untuk melawan budaya korupsi dan membangkitkan kembali nilai,nilai kearifan lokal yang menghargai kehidupan harmonis antara sesama manusia dan antara manusia dengan alamnya.

Dengan kesadaran itulah, Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), ICW, WALHI, mainteater didukung oleh Komunitas Indonesia Menggugat, ELSAM, INFID, Perkumpulan Praxis, Dewan Kesenian Jakarta, Institut Ungu, Remdec, Pengelola GK Rumentang Siang, HUMA dengan bantuan dana dari Hivos, ICCO dan Yayasan Tifa bekerja sama untuk memproduksi pementasan teater Sandekala yang diangkat dari novel berbahasa Sunda pemenang hadiah sastra Rancage 2008 karya Godi Suwarna. Sebagai media partner, pementasan ini menggandeng Voice of Human Rights (VHR) Media dan Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat, School for Broadcast Media dan Jaringan Videomaker Indonesia.

Pementasan ini merupakan pementasan gratis yang ditujukan bagi siswa SMA, umum dan masyarakat Sunda yang berada di Jakarta dan sekitarnya. Dengan memberikan tontonan gratis diharapkan dapat memperluas sasaran kampanye yang kami lakukan.

Bagi kami ini adalah langkah awal sebuah perlawanan berbasis kebudayaan untuk memerangi korupsi dan perusakan lingkungan dengan mengangkat nilai,nilai kearifan lokal sebagai titik pijaknya. Datang dan saksikanlah pementasan yang disutradarai Wawan Sofwan ini di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 22 , 23 Juli 2008. Satukan tekad Anda untuk bersama,sama melawan budaya korupsi melalui gerakan kebudayaan.




Atas nama seluruh penyelengaran dan pendukung pementasan,

Jakarta, 21 Juli 2008

Andi K. Yuwono Wawan Sofwan
Produser Produser/Sutradara

Chalid Muhammad FX. Rudy Gunawan
Eksekutif Produser Eksekutif Produser

J. Danang Widoyoko
Eksekutif Produser
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: