BANDUNG(SINDO) � Suatu hari di sebuah desa, seorang camat memaki habis-habisan kuwu yang membocorkan kerahasiaan informasi tentang korupsi yang dilakukannya kepada wartawan.

Korupsi itu dilakukan camat dengan seorang kontraktor pembangunan gedung olahraga dan pasar.Parahnya lagi, dia telah menyetujui penyelenggaraan Pasar Malam di Alun-Alun Kota.Padahal, di lokasi tersebut dekat sekali dengan masjid agung, sekolah,dan rumah sakit.

Seiring waktu, warga setempat mulai hilang kepercayaan kepada camat tersebut. Hingga akhirnya sang camat terbukti bersalah dan dipenjara setelah melalui segala proses hukum.Kejadian tersebut membekas di hati warga bahwa memilih pemimpin bukan hanya dari kepintaran tapi keindahan hatinya.

Sepenggal cerita itu begitu menarik ditampilkan dalam teater bertajuk Sandekala �Sandiwara Cinta� di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Jalan Kosambi, Kota Bandung,kemarin. Cerita yang diambil dari novel Bahasa Sunda karya Godi Suwarna itu ditampilkan selama dua hari pada 23�24 Mei 2008. Cerita tersebut dibalut dengan kesedihan di sebuah kota yang jauh dari pusat kekuasaan.

Namun, anehnya di sana malah terjadi segala bentuk kecurangan hidup, mulai dari korupsi, perampokan, pemerkosaan, dan segudang karut-marut kota. Imbas buruknya sistem pemerintahan di pusat Ibu Kota Jakarta kepada daerah juga diceritakan di sini. Dari cerita itu, seorang putri camat yang juga seorang mahasiswa juga menentang perilaku ayahnya yang amoral. Caranya dengan membocorkan rapat-rapat kepada teman-temannya.

Singkat cerita warga sekitar melakukan demonstrasi besar- besaran dan anarkistis. Kantor camat dihancurkan, pasar dijarah, sehingga kota menjadi luluh lantak. Pementasan dengan memakan waktu kurang dari tiga jam itu disutradarai Wawan Sofwan dan didukung oleh eksekutif produser Chalid Muhamad dari Wahli, FX Rudy Gunawan (PSI),dan J Danang Widyoko dari Indonesia Corruption Wacth (ICW).

Pementasan ini juga diniatkan untuk memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional dan 10 Tahun Reformasi 1998. Ini merupakan kerja sama teater ICW, Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), Walhi, Perkumpulan Praxis,Voice of Human Right (VHR), Elsam, INFID, dan Transparancy International Indonesia. (dede ibin muhibbin)


Sumber: Sindo, Jumat, 23 Mei 2008
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: