SIARAN PRESS PENTAS TEATER SANDEKALA


100 tahun Kebangkitan Nasional baru usai kita peringati. Ada banyak wacana, banyak unjuk rasa, banyak refleksi, dan berbagai kegiatan. Ada juga orang-orang besar dan berdedikasi pada bangsa ini yang berbahagia meninggalkan Indonesia kita di momen besar ini. Ali Sadikin, mantan gubernur DKI yang berjuang untuk membangun Jakarta, Oey Hay Djoen, mantan tahanan politik di Pulau Buru, dan SK Trimurti, pejuang perempuan yang luar biasa, adalah mereka yang pergi meninggalkan kita semua di tengah hiruk-pikuk perayaan 100 tahun Kebangkitan Nasioanal dan 10 tahun Reformasi. Apa makna kepergian mereka? Mungkin untuk mengingatkan kita semua betapa masih banyak penderitaan, persoalan, dan tantangan bagi bangsa ini agar bisa benar-benar �bangkit �. Nyatanya, saat ini kebangkitan nasional hanya tinggal slogan kosong yang habis digerogoti para koruptor dan kesewenang-wenangan para penguasa.

Korupsi adalah salah satu perilaku yang menggerogoti semua sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara bak virus ganas yang tak terhalangi oleh antivirus apapun. Korupsi sudah menjadi sebuah �budaya� yang mengakar di tubuh birokrasi sehingga menyatu dalam darah para birokrat di semua lini. Sebagai sebuah �wabah yang membudaya � diperlukan perlawanan dengan medium yang sama, yakni medium budaya. Korupsi merusak secara sistemik berbagai aspek dan dimensi kehidupan, termasuk perusakan manusia terhadap alam semesta. Hampir bisa dipastikan, korupsilah penyebab terbesar perilaku perusakan alam seperti penggundulan hutan, pengeksplotasian yang tak bertanggungjawab terhadap semua kekayaan di perut bumi, dan pencemaran lingkungan sampai ke lapisan ozon. Tak bisa ditawar lagi, kita perlu sebuah gerakan kebudayaan untuk melawan budaya korupsi dan membangkitkan kembali nilai-nilai kearifan lokal yang menghargai kehidupan harmonis antara sesama manusia dan antara manusia dengan alamnya.

Dengan kesadaran itulah, Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), ICW, WALHI, Mainteater didukung oleh Komunitas Indonesia Menggugat, Elsam, INFID, Praxis, Dewan Kesenian Jakarta, Institut Ungu, Pengelola GK Rumentang Siang dengan bantuan dana dari Hivos, ICCO dan Yayasan Tifa bekerja sama untuk memproduksi pementasan teater Sandekala yang diangkat dari novel berbahasa Sunda pemenang hadiah sastra Rancage 2008 karya Godi Suwarna. Sebagai media partner, pementasan ini menggandeng Voice of Human Rights (VHR) Media dan Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat, Forum Wartawan Bandung dan Jaringan Videomaker Indonesia.

Bagi kami ini adalah langkah awal sebuah perlawanan berbasis kebudayaan untuk memerangi korupsi dan perusakan lingkungan dengan mengangkat nilai-nilai kearifan lokal sebagai titik pijaknya. Datang dan saksikanlah pementasan yang disutradarai Wawan Sofwan ini di Bandung, 23-24 Mei 2008 dan di Jakarta, 23-24 Juli 2008. Satukan tekad Anda untuk bersama-sama melawan budaya korupsi melalui gerakan kebudayaan.


Bandung 22 Mei 2008

Andi K. Yuwono
Produser

Wawan Sofwan
Produser & Sutradara

Chalid Muhammad, FX. Rudy Gunawan & J. Danang Widoyoko
Eksekutif Produser
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: