Dalam rangka memperingati peristiwa 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 10 tahun Reformasi, kami akan segera memanggungkan Sandekala. Teater ini akan berbicara mengenai kondisi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. Kehidupan di mana kita dijejali dengan banyak fakta yang memuakkan, suatu kondisi sosial yang sudah berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi masih merajalela dari atas hingga kampung, perusakan lingkungan di mana-mana bahkan yang namanya hutan lindung pun disewakan, pelanggaran HAM terjadi dari mulai saat penyusunan kertas kebijakan hingga di pasar-pasar. Setiap hari kita disuguhi berita yang hampir sama baik di koran, televisi maupun radio.
Dalam "dunia nyata" ini kami akan memberikan gambaran bagaimana spiritualitas budaya lokal sudah berbicara jauh-jauh hari mengingatkan kemungkinan yang akan terjadi dalam "kenyataan" ini. Sandekala bukan hanya sebuah teater biasa, namun memuat kearifan lokal yang sering kali dipinggirkan demi kepentingan kelompok tertentu. Kami mencoba mengingatkan kembali bahwa kearifan lokal itu sudah berteriak lama sekali menunggu waktu untuk mewujud lepas dari pasungan.
Sebagai bentuk kampanye, pementasan teater Sandekala juga akan diiringi dengan diskusi publik untuk memperkuat gagasan yang ada. Diskusi publik akan memperbicangkan bagaimana sikap masyarakat sipil, khususnya seniman melihat konteks sosial yang ada. Konteks budaya lokal, khususnya Sunda, akan memperlihatkan bagaimana relevansi gerakan masyarakat sipil dalam menghadapi konteks sosial yang "tidak dicita-citakan". Untuk persiapan kami akan mengajak beberapa seniman atau budayawan untuk ikut terlibat dalam diskusi ini, selain itu juga tentunya para aktivis yang berkecimpung dalam tema-tema yang dibicarakan.
Diskusi akan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2008 di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Diskusi ini merupakan diskusi terbuka dan kami mengundang siapa pun yang tertarik untuk ikut berdiskusi. Sedangkan pementasan dalam bahasa Sunda sendiri akan dimulai pada tanggal 22 hingga 24 Mei 2008 bertempat di Gedung Rumentang Siang.
Untuk diskusi publik dan pementasan di Jakarta, kami akan segera memberikan informasi kepastian waktu dan tempat.
Dalam "dunia nyata" ini kami akan memberikan gambaran bagaimana spiritualitas budaya lokal sudah berbicara jauh-jauh hari mengingatkan kemungkinan yang akan terjadi dalam "kenyataan" ini. Sandekala bukan hanya sebuah teater biasa, namun memuat kearifan lokal yang sering kali dipinggirkan demi kepentingan kelompok tertentu. Kami mencoba mengingatkan kembali bahwa kearifan lokal itu sudah berteriak lama sekali menunggu waktu untuk mewujud lepas dari pasungan.
Sebagai bentuk kampanye, pementasan teater Sandekala juga akan diiringi dengan diskusi publik untuk memperkuat gagasan yang ada. Diskusi publik akan memperbicangkan bagaimana sikap masyarakat sipil, khususnya seniman melihat konteks sosial yang ada. Konteks budaya lokal, khususnya Sunda, akan memperlihatkan bagaimana relevansi gerakan masyarakat sipil dalam menghadapi konteks sosial yang "tidak dicita-citakan". Untuk persiapan kami akan mengajak beberapa seniman atau budayawan untuk ikut terlibat dalam diskusi ini, selain itu juga tentunya para aktivis yang berkecimpung dalam tema-tema yang dibicarakan.
Diskusi akan dilakukan pada tanggal 22 Mei 2008 di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung. Diskusi ini merupakan diskusi terbuka dan kami mengundang siapa pun yang tertarik untuk ikut berdiskusi. Sedangkan pementasan dalam bahasa Sunda sendiri akan dimulai pada tanggal 22 hingga 24 Mei 2008 bertempat di Gedung Rumentang Siang.
Untuk diskusi publik dan pementasan di Jakarta, kami akan segera memberikan informasi kepastian waktu dan tempat.
Post A Comment:
0 comments: