Pada satu sisi, pementasan teater memiliki fungsi sebagai cermin dari sebuah situasi masyarakat di mana teater itu tinggal. Dalam setiap pementasannya, setiap orang akan bercermin pada apa yang telah, sedang dan akan terjadi. Dengan begitu maka teater tidak akan kehilangan daya kritisnya dalam menanggapi kondisi zamannya.

Untuk memenuhi fungsi di atas maka pemilihan naskah sangat menentukan. Ada berbagai macam naskah teater, mulai yang klasik para pengarang luar negeri dan dalam negeri mulai yang klasik sampai modern. Tapi kadang naskah tersebut sudah ketinggalan zaman. Atau kalaupun dipentaskan mesti melalui sebuah penafsiran. Ada kesan dipaksakan supaya tetap kontekstual.

Maka diperlukan berbagai macam upaya dalam mengadakan naskah teater tersebut. Salah satu diantaranya adalah mengadaptasi dari sebuah novel.

Kami dalam pementasan ini mengambil sebuah novel berbahasa Sunda Sandekala (Sandyakala), karya Godi Suwarna.

Ada beberapa alasan mengapa kami mengambil novel ini sebagai bahan untuk adaptasi, yaitu:
  • Novel ini mengambil setting peristiwa Mei 1998. Sebuah peristiwa yang sulit dilupakan oleh rakyat Indonesia: demonstrasi besar-besaran. Tumbangnya kekuasaaan orde baru, lengsernya Soeharto dan pergantian presiden yang 30 tahun lebih tak pernah terjadi. Peristiwa yang sangat mengharubirukan anak bangsa.
  • Meskipun setting peristiwa di sebuah kota kecamatan yang jauh dari pusat kekuasaan, tapi di situ tergambarkan bahwa apa yang terjadi saat itu di Jakarta ,mengimbas juga ke daerah-daerah.
  • Novel ini telah memenangkan lomba sastra daeng kanduruan Ardiwinata penulisan novel oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda 1998 dan Hadiah Sastra Rancage 2008. Dengan begitu kualitas novel ini tidak diragukan lagi.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: