Pementasan teater ini berkisah tentang seorang Camat yang korup yang memerintah dengan tangan besi. Ada kuwu yang dimarahi habis-habisan karena melaporkan wabah demam berdarah kepada wartawan sehingga Camat tersebut ditegur oleh Bupati. Melakukan kolusi dengan kontraktor pembangunan gedung olah raga, pasar, dan lain-lain. Sang Camat menyetujui penyelenggaraan pasar malam di alun-alun kota padahal tempat tersebut dekat sekali dengan mesjid agung, sekolah dan rumah sakit. Dan yang paling menyakitkan adalah Camat berani menebang pohon dari tempat keramat yang selama ini sangat dilindungi oleh masyarakat. Mulailah terjadi krisis kepercayaan yang membuat masyarakat mulai gerah. Masyarakat kian berani mengajukan protes atas tindak tanduk Camat tersebut namun protes itu tak ditanggapi. Malahan salah satu tokoh masyarakat yang sangat vokal, diculik.

Seorang putri camat, yang kebetulan mahasiswa, pro pada para penentang ayahnya. Dia yang selalu membocorkan rapat-rapat muspika di rumahnya kepada teman-temannya sehingga penculikan yang lebih banyak bisa dihindari. Para pimpinan demostran bersembunyi di sebuah tempat keramat dan menyusun kembali strategi untuk demonstrasi yang akan melibatkan banyak elemen. Esok harinya di kota Kawali terjadi demonstrasi besar besaran. Awalnya unjuk rasa terkendali tapi tiba-tiba jadi tidak terkontrol dan cenderung anarkis: kantor polisi dibakar, koramil dimusnahkan, pasar diserbu dan dijarah, kantor camat dihancurkan. Kota Kawali luluh lantak.

Setelah diselidiki ternyata ada sekelompok orang yang sangat brutal, padahal kelompok tersebut bukan berasal dari daerah itu. Bupati sebagai atasan Camat langsung menurunkan petugas. Para pimpinan demonstran dicari dan dikejar. Mereka lari dan sembunyi di tempat keramat. Saat Subuh, melalui serangan fajar, para demonstran yang sembunyi tersebut dibinasakan.
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: