PEMESANAN TIKET "REPUBLIK PETRUK" TEATER KOMA DIBUKA 1 DESEMBER 2008 |
(Klik gambar untuk ukuran lebih besar)
Informasi Pemesanan Tiket:
Jl. Cempaka Raya No. 15 Bintaro - Jakarta Selatan 12330
Telp 021-735 0460 Telp/Fax 021-735 9540
Jl. Setiabudi Barat No. 4 - Jakarta Selatan
Telp 021 525 1066 Telp/Fax 522 4058 ; 529 63603
HTM :
Rp 100.000 ; Rp 75.000 ; Rp 50.000; Rp 30.000
TEMPAT PEMENTASAN:
Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (GBB-TIM)
Jl. Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat
TANGGAL:
9 � 25 JANUARI 2009, pukul 19.30 WIB
(Setiap Senin Libur
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
RINGKAS KISAH REPUBLIK PETRUK
REPUBLIK PETRUK, adalah produksi TEATER KOMA ke � 116. Lakon ini
merupakan Trilogi Ketiga dari serial KISAH-KISAH REPUBLIK. Trilogi
Pertama; REPUBLIK BAGONG, dipentaskan sebagai produki ke - 95 di Graha
Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, April hingga Mei 2001. Trilogi
Kedua; REPUBLIK TOGOG, digelar sebagai produksi ke � 103, di Gedung
Kesenian Jakarta, Juli hingga Agustus 2004.
Kisah bermula, saat Mustakaweni berhasil mencuri Jimat Kalimasada,
Pusaka Pandawa, dengan cara menyamar sebagai Gatotkaca. Srikandi,
perempuan pahlawan itu, tak mampu merebut Kalimasada. Pada saat
bersamaan, datang satria bagus bernama Priambada. Dia sedang mencari
ayahnya, Arjuna. Srikandi sedia menolong dengan syarat: Sang Satria
harus merebut kembali Jimat Kalimasada. Priambada bersedia. Maka
terjadilah perebutan yang asyik dan seru. Mustakaweni ternyata jatuh
hati dan membiarkan Priambada merebut Jimat Kalimasada, meski tetap
pura-pura melawan. Karena kerepotan, Priambada menitipkan Jimat
Kalimasada kepada Petruk.
Alkisah, ada dua dewa; Kaladurgi dan Kanekaratena, yang memprovokasi
agar Petruk memanfaatkan tuah Jimat Kalimasada. "Titipan harus
dimaksimalkan, kekuasaan di depan mata, peluang tak bakal datang dua
kali." Akhirnya Petruk tergoda. Dan berkat tuah jimat Kalimasada,
Petruk berhasil menaklukkan Kerajaan Lojitengara. Lalu dia diangkat
jadi Raja dengan gelar Prabu Belgeduwelbeh.
Maka, terjadilah reformasi politik. Apa saja diperbolehkan. Korupsi,
asal tidak ketahuan, oke-oke saja. Dengan lantang Petruk berkata;
"Demokrasi yang kureformasi adalah SBY; Serba Boleh Ye.."
Lojitengara makmur, pejabat takut korupsi. Para polisi bersikap baik,
dedikatif. KKN dan berbagai penyelewengan, atas nama demokrasi, memang
marak tapi terkendali. Prabu Belgeduwelbeh santai saja. Malah dia
banyak makan, banyak bernyanyi dan banyak menari. Raja-raja lain yang
merasa terganggu dan menyerbu Lojitengara lalu dikalahkan, tidak
diperbudak oleh Petruk Belgeduwelbeh, melainkan diangkat sebagai
saudara dan direkrut jadi sekutu.
Siapa mampu menggantikan Petruk Belgeduwelbeh? Sebab, nampaknya,
kondisi `Serba Boleh Ye' itu, masih terus berlangsung.
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
Regards,
Paulus Simangunsong
Post A Comment:
0 comments: