14 Juni 2008
Oleh: ELGIANI YASSIFA Y.N.
SUATU hari sepulang sekolah, ibu membawa dua tiket pertunjukan teater. Tiket itu diperoleh ibu dari temannya. Kebetulan suami teman ibu tersebut sutradara Mainteater yang akan menampilkan dongeng Sunda berlatar Kota Ciamis, Panjalu, "Sandekala". Saya tertarik menonton pertunjukan tersebut. Kebetulan sekali saya belum pernah menonton teater, apalagi dalam bahasa Sunda, pasti menarik.
Ibu tahu saya suka puisi, makanya beliau mengajak saya menonton pertunjukan tersebut. "Kalau mau belajar dan berlatih ekspresi serta penjiwaan dalam membaca puisi, orang-orang teater itu ahlinya," katanya.
Mendengar keterangan ibu ini, saya jadi tertarik menontonnya, walaupun pertunjukannya malam hari. Kebetulan saya suka puisi dan sedang mempersiapkan diri mengikuti lomba baca puisi "Patriotisme" yang diselenggarakan Balai Bahasa Bandung.
Sesuai tiket yang diperoleh, kami menonton pertunjukan pada Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 19.30 WIB. Saya dan ibu berangkat ke Gedung Rumentang Siang diantar bapak. Malam itu merupakan pertunjukan terakhir yang digelar di Kota Bandung.
Sesampainya di gedung tersebut, ternyata sudah banyak yang datang, mereka menunggu sampai pintu masuk dibuka. Ini pengalaman pertama saya menonton teater. Ibu agak cemas dan selalu mengingatkan, jangan sampai tertidur. Maklum saja, saya biasa tidur pukul 20.00 WIB.
Namun malam itu berbeda, saya begitu penasaran ingin mengetahui pertujukan teater. Bagaimana dongeng sunda "Sandekala" itu? Yang lebih penting, saya ingin belajar bagaimana melatih ekspresi dan penjiwaan sebagai bekal lomba baca puisi.
Tepat pukul 20.00 WIB pintu masuk dibuka, para penonton segera mengisi gedung. Ternyata suasana di dalam gedung jauh dari yang saya bayangkan, tidak seperti gedung bioskop. Saya melihat panggung yang sudah dihiasi lampu dan dekorasi lainnya, sungguh menakjubkan. Apalagi saat acara dimulai, alunan musik dan asap mengepul, menghanyutkan suasana dan jiwa. Saya menyimak dengan baik, walaupun ada beberapa istilah yang kurang saya pahami.
Saya kagum dan sangat puas dengan pertunjukannya, bahkan sampai dongeng berakhir pukul 22.30 WIB, saya tetap terjaga. Inti dongeng tersebut, menggambarkan tentang pentingnya menegakkan hukum dan hak asasi manusia, persahabatan, serta pentingnya menjaga lingkungan hidup agar tidak rusak oleh keserakahan manusia. Selain itu, harus jujur, mau berusaha, dan bekerja keras. Setiap tokoh memiliki karakter berbeda, walaupun ada cerita mistiknya, kuncen, Nyi Putri, dan onong yang istilahnya baru saya dengar saat itu.
Di antara semuanya, tokoh dan karakter si Otong yang paling lucu, selalu mengundang tawa, walaupun akhirnya si Otong jadi gila. Pokoknya, para pemain berperan sangat bagus.
Pertunjukan tersebut betul-betul memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga. Pokoknya saya tidak menyesal, karena secara tidak langsung pertunjukan tersebut telah memberikan inspirasi bagi saya saat mengikuti lomba baca puisi "Patriotisme" yang diselenggarakan Balai Bahasa Bandung pada 27 Mei 2008. Walaupun hanya mampu meraih peringkat 3 untuk tingkat SD/MI se-Bandung Raya, tapi saya puas dan bangga, karena jumlah pesertanya lebih dari 90 orang. Apalagi saya satu-satunya dari SD Pertiwi, tempat saya sekolah, yang berhasil meraih juara.
Dongeng "Sandekala" telah memberikan saya inspirasi saat mengikuti lomba baca puisi. Saya jadi lebih mengenal kekayaan kebudayaan dan bahasa Sunda. Kalau ada kesempatan, saya akan menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan teater atau puisi lainnya, sehingga saya dapat pengalaman dan ilmu yang lebih banyak lagi, untuk bekal di kemudian hari. Mungkin saja suatu saat saya dapat menjadi bagian dari pertunjukan juga. Amin. (penulis adalah siswa kelas 5a sd pertiwi bandung)**
Sumber: http://www.klik-galamedia.com/
Oleh: ELGIANI YASSIFA Y.N.
SUATU hari sepulang sekolah, ibu membawa dua tiket pertunjukan teater. Tiket itu diperoleh ibu dari temannya. Kebetulan suami teman ibu tersebut sutradara Mainteater yang akan menampilkan dongeng Sunda berlatar Kota Ciamis, Panjalu, "Sandekala". Saya tertarik menonton pertunjukan tersebut. Kebetulan sekali saya belum pernah menonton teater, apalagi dalam bahasa Sunda, pasti menarik.
Ibu tahu saya suka puisi, makanya beliau mengajak saya menonton pertunjukan tersebut. "Kalau mau belajar dan berlatih ekspresi serta penjiwaan dalam membaca puisi, orang-orang teater itu ahlinya," katanya.
Mendengar keterangan ibu ini, saya jadi tertarik menontonnya, walaupun pertunjukannya malam hari. Kebetulan saya suka puisi dan sedang mempersiapkan diri mengikuti lomba baca puisi "Patriotisme" yang diselenggarakan Balai Bahasa Bandung.
Sesuai tiket yang diperoleh, kami menonton pertunjukan pada Sabtu, 24 Mei 2008 pukul 19.30 WIB. Saya dan ibu berangkat ke Gedung Rumentang Siang diantar bapak. Malam itu merupakan pertunjukan terakhir yang digelar di Kota Bandung.
Sesampainya di gedung tersebut, ternyata sudah banyak yang datang, mereka menunggu sampai pintu masuk dibuka. Ini pengalaman pertama saya menonton teater. Ibu agak cemas dan selalu mengingatkan, jangan sampai tertidur. Maklum saja, saya biasa tidur pukul 20.00 WIB.
Namun malam itu berbeda, saya begitu penasaran ingin mengetahui pertujukan teater. Bagaimana dongeng sunda "Sandekala" itu? Yang lebih penting, saya ingin belajar bagaimana melatih ekspresi dan penjiwaan sebagai bekal lomba baca puisi.
Tepat pukul 20.00 WIB pintu masuk dibuka, para penonton segera mengisi gedung. Ternyata suasana di dalam gedung jauh dari yang saya bayangkan, tidak seperti gedung bioskop. Saya melihat panggung yang sudah dihiasi lampu dan dekorasi lainnya, sungguh menakjubkan. Apalagi saat acara dimulai, alunan musik dan asap mengepul, menghanyutkan suasana dan jiwa. Saya menyimak dengan baik, walaupun ada beberapa istilah yang kurang saya pahami.
Saya kagum dan sangat puas dengan pertunjukannya, bahkan sampai dongeng berakhir pukul 22.30 WIB, saya tetap terjaga. Inti dongeng tersebut, menggambarkan tentang pentingnya menegakkan hukum dan hak asasi manusia, persahabatan, serta pentingnya menjaga lingkungan hidup agar tidak rusak oleh keserakahan manusia. Selain itu, harus jujur, mau berusaha, dan bekerja keras. Setiap tokoh memiliki karakter berbeda, walaupun ada cerita mistiknya, kuncen, Nyi Putri, dan onong yang istilahnya baru saya dengar saat itu.
Di antara semuanya, tokoh dan karakter si Otong yang paling lucu, selalu mengundang tawa, walaupun akhirnya si Otong jadi gila. Pokoknya, para pemain berperan sangat bagus.
Pertunjukan tersebut betul-betul memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga. Pokoknya saya tidak menyesal, karena secara tidak langsung pertunjukan tersebut telah memberikan inspirasi bagi saya saat mengikuti lomba baca puisi "Patriotisme" yang diselenggarakan Balai Bahasa Bandung pada 27 Mei 2008. Walaupun hanya mampu meraih peringkat 3 untuk tingkat SD/MI se-Bandung Raya, tapi saya puas dan bangga, karena jumlah pesertanya lebih dari 90 orang. Apalagi saya satu-satunya dari SD Pertiwi, tempat saya sekolah, yang berhasil meraih juara.
Dongeng "Sandekala" telah memberikan saya inspirasi saat mengikuti lomba baca puisi. Saya jadi lebih mengenal kekayaan kebudayaan dan bahasa Sunda. Kalau ada kesempatan, saya akan menyempatkan diri untuk menonton pertunjukan teater atau puisi lainnya, sehingga saya dapat pengalaman dan ilmu yang lebih banyak lagi, untuk bekal di kemudian hari. Mungkin saja suatu saat saya dapat menjadi bagian dari pertunjukan juga. Amin. (penulis adalah siswa kelas 5a sd pertiwi bandung)**
Sumber: http://www.klik-galamedia.com/
Post A Comment:
0 comments: